Friday, July 30, 2010

Berhemah dalam menegur

‘‘Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan kepada pemangku kekuasaan di antaramu. Maka jika kamu berselisih dalam sesuatu (perkara), kembalilah ia kepada (kitab) Allah dan (sunah) Rasul, jika kamu benar-benar beriman terhadap Allah dan hari kemudian. Itulah yang lebih baik dan lebih bagus kesudahannya.”

Firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 59 tersebut dengan jelas memperingatkan umat Islam supaya tidak membiarkan sesuatu pertelingkahan atau perbezaan pendapat itu mencetuskan perpecahan di antara mereka.

Sememangnya dalam kehidupan ini, perbezaan pendapat dan mempunyai pandangan yang berlainan adalah sesuatu perkara yang lumrah justeru apabila ia berlaku jangan sesekali ada di antara kita dengan mudah membuat kesimpulan yang menjurus kepada prasangka kononnya ia bertujuan memburukkan sesiapa.

Allah telah mengingatkan kita dalam surah Yunus ayat 36 dengan menegaskan, ‘‘Prasangka itu tidak mendatangkan kebenaran apa pun.” Oleh itu jika tercetus sesuatu isu antara kita dan terwujudnya perbezaan pendapat atau terbentuk sesuatu teguran ia seharusnya ditangani dengan sebijak-bijaknya.

Janganlah kita terlalu gopoh ke hadapan dengan membuat andaian yang bukan-bukan atau berhujah dengan penuh emosi sehingga terwujud cabar-mencabar.

Sebaliknya teguran atau sesuatu pandangan itu perlu diteliti dan dihalusi sertai dikaji kebenarannya. Ini kerana perbuatan menegur orang yang melakukan kesalahan merupakan tindakan yang amat diperintah oleh Allah.

Firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 bermaksud;

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.”

Namun begitu sejak kebelakangan ini kita melihat semakin banyak pihak yang tidak boleh ditegur biarpun apa yang dinyatakan oleh seseorang itu mempunyai kebenarannya.

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w telah mengingatkan bahawa sesuatu kebenaran itu perlu dinyatakan biarpun pahit dan baginda juga menegaskan,


‘‘Siapa sahaja di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka tegurlah dengan tangannya (kekuasaannya). Jika tidak mampu, maka tegurlah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka tegurlah dengan hati. Namun, ini adalah keimanan paling lemah.”


Islam telah menggariskan dalam membuat teguran, kita haruslah berhati-hati apatah lagi jika kita cuba bertindak sebagai ‘orang perantaraan’ bagi menjelaskan sesuatu perkara.

Panduan

Tiga faktor yang digariskan oleh Islam boleh menjayakan sesuatu teguran itu ialah, pertama, tidak merendahkan ego orang yang ditegur, kedua mencari waktu yang tepat dan ketiga memahami kedudukan orang yang ditegur.

Hakikatnya, Islam memberi panduan yang jelas dalam kita memberi teguran dan bagaimana sikap kita apabila ditegur. Kita tidak harus melatah apatah lagi terlalu emosional sehingga menyebabkan kita melafazkan kata-kata yang tidak sepatutnya.

Semua itu tidak akan menyelesaikan masalah sebaliknya hanya akan mengeruhkan lagi keadaan, tidak kira sama ada kita pemimpin atau tidak tetapi apa yang kita perkatakan pasti akan dinilai oleh manusia dan diperhitungkan oleh Allah.


Kegagalan untuk mengawal perasaan kita berhujah akan menyebabkan berlaku tuduh-menuduh yang kesudahannya akan mencetus permusuhan antara kita.

Tindakan ini sudah tentulah bertentangan dengan firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 103 yang mengingatkan,


‘‘Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatkan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan hati kamu lalu jadikan kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara, pada hal dahulunya kamu telah berada di jurang neraka, maka Dia menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat agar kamu mendapat petunjuk.”


Hakikatnya, Islam tidak hanya mengajar etika menegur umat seagama tetapi Islam juga mengajar kita bagaimana cara menegur yang betul kepada umat daripada agama lain, tidak kita seburuk apa pun kesalahannya.

Ia terkandung dalam al-Quran melalui perintah Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk berkata lembut kepada Firaun seperti mana firman-Nya dalam surah Thaha ayat 44 yang bermaksud;


‘‘Berbicaralah kalian berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut,

mudah-mudahan ia ingat atau takut.”


Jika dengan Firaun pun Allah perintahkan para nabi bercakap dengan lemah lembut, apatah lagi kita sesama Islam. Ertinya Allah tidak suka jika kita bercakap atau berhujah mengikut perasaan semata-mata.

Rasulullah s.a.w bersabda,


‘‘Percakapan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada nuraninya. Apabila ada manfaat baginya, dia harus bercakap dan apabila ia boleh mendatangkan keburukan,
maka dia hendaklah tidak melafazkannya. Sesungguhnya hati orang yang bodoh berada di mulut,
ia berbicara sesuai apa sahaja yang dia mahukan’'.


Seperkara lagi dalam kita berhujah atau mempertahankan sesuatu elakkan daripada memalsukan fakta apatah lagi membuat pujian yang bukan-bukan kepada seseorang ini.

Ia disebabkan pujian yang melampau itu adalah bencana lidah (min afat al lisan) yang sangat berbahaya.

Dalam buku Ihya 'Ulum al-Din, Imam Ghazali menyatakan enam bahaya (keburukan) yang mungkin timbul daripada budaya memuji tersebut iaitu empat keburukan kembali kepada orang yang memberikan pujian dan dua keburukan lainnya kembali kepada orang yang dipuji.

Bagi pihak yang memuji, keburukan yang akan diperoleh ialah melakukan pujian secara berlebihan sehingga menjerumus ke dalam dusta, dia memuji dengan berpura-pura menunjukkan rasa cinta dan simpati yang tinggi sedangkan dalam hatinya adalah sebaliknya, ia menyatakan sesuatu yang tidak disokong oleh fakta sebaliknya pembohongan semata-mata dan dia telah menggembirakan orang yang dipuji padahal orang itu melakukan kesalahan.


Bangga

Dua keburukan yang menanti orang yang dipuji pula ialah dia akan merasa sombong (kibr) dan bangga diri (ujub) - kedua-dua adalah penyakit yang boleh ‘mematikan’ hati seseorang dan keburukan kedua, orang yang dipuji akan merasa hebat, tidak perlu bersusah payah dan bekerja kuat.

Kesimpulannya, dalam apa juga yang kita lakukan berkaitan dengan lidah yang melahirkan kata-kata kita harus berhati-hati, tidak kiralah sama ada ia teguran, pujian, kenyataan atau berhujah.

Ini kerana setiap apa yang diperkatakan akan diperhitungkan di akhirat kelak apatah lagi jika ia berkaitan dengan soal kebenaran dan kebatilan.

Justeru jadikanlah firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 104 dan 105 sebagai pegangan, maksudnya;


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan dan menyuruh kepada makruf dan mencegah dari kemungkaran dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.



“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka dan mereka itulah orang-orang yang akan mendapat azab yang berat.”


www.iluvislam.com
Dihantar Oleh : hembusan kasturi
Editor : naadherah

Thursday, July 29, 2010

Kisah seorang hamba...

Ada seorang hamba Allah, beliau rajin sholat malam dan bermunajat, berkhalwat dengan Al Kholiq. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah karena menangis, mengalir air yang membasahi anggutnya, beliau berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan. Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan beliau di kabulkan oleh Allah.

Permintaannya (diantaranya) adalah agar segera diangkat kemiskinan yang menjadi selimut kehidupannya selama ini, keluarganya sering sakit-sakitan, setiap hari ia keluar untuk berusaha memperoleh rizqi Allah tapi tidaklah tampak di lapangkan rizqi itu untuknya. Padahal dahulu, ketika ia masih bekerja menjadi petugas bea cukai uang dan kesenangan adalah kawan akrab. Hingga suatu saat ia mendengarkan ceramah yang menjelaskan bahwa penyelewengan yang sering ia lakukan selama ini dengan kawan-kawannya adalah Haram dan tidak membawa keberkahan, kelak penyelewengan ini akan berhadapan dengan hukum Allah yang tidak bisa dibantah lagi di Akhirat. Bergetar hatinya, masuk hidayah Allah atasnya.

Sejak itu tidak pernah lagi ia melakukan perbuatan tersebut, semakin rajin ia melakukan sholatul Lail mengadukan nasibnya hanya kepada Allah, agar diberikannya harta yang halal dan rizqi yang lapang dalam menghadapi hidup ini. Namun berangsur-angsur seakan terkena kualat (karena meninggalkan perbuatan haram itu) penghasilannya semakin menurun, beliau sekeluarga sering sakit dan menjadikan badannya yang sehat menjadi semakin kurus, anak satu-satunya meninggal setelah menjalani perawatan selama beberapa minggu di rumah sakit. Sampai saat itu ia masih bersabar, tak pernah terucap dari mulutnya kata-kata keluhan dan makian atas apa yang menimpa hidupnya. Malahan menjadikannya semakin sering dan khusyu' ia mendekatkan diri kepada Allah.

Dan malang yang tidak kunjung padam terhadapnya,korupsi yang dahulu ia lakukan bertahun silam terungkap, maka ia dan beberapa orang rekannya terkena pemecatan dengan tidak hormat. Subhanallah semakin berat rasanya hidup ini baginya. Tambah satu kalimat panjang di malam harinya ia mengadu kehadapan Robbnya, menangis dan perih rasa bathinnya. Setiap dalam sedihnya ia berdo'a, selalu ada bisikan lirih di hatinya,

"Apa yang engkau harapkan tu dekat sekali, bila engkau bertaqwa!"

Setiap mendengar bisikan itu, timbul semangatnya. Kini setelah ia di pecat,ia berdagang. Baginya dagang yang tidak pernah untung, hutang yang semakinbertumpuk, mushibah yang seakan tidak berujung....ahhhh.

Setelah puluhan tahun kedepan sejak ia dekat dengan Allah setiap malamnya,tidak juga merobah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar bisikan diatas, tidak juga tampak yang di janjikanNya.
Mulailah timbul pemikiran tidak baik dari syaithon. Hingga beliau berkesimpulan, tampaknya Allah tidak ridho terhadap do'anya selama ini. Maka pada malam harinya, ia berdo'a kepada Allah :

"Wahai Allah Yang Menciptakan Malam dan Siang, Yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini. Karena Engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah harus beralasan bahwa semua tergantung dariMu. Ma-afkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganMu !"

Beliau tutup do'a beliau dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia berniat seperti itu (: mengkhatamkan 'ibadah sholat lailnya). Beliau berbaring dengan pemikiran menerawang hingga ia tak
mengetahui kapan ia tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa
bersalah. Seakan ia melihat suatu padang luas bermandikan cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluq bercahaya duduk diatas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencoba mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak mampu...kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah.

Beliau hanya dapat melihat para makhluq yang duduk di hadapan Sesuatu Yang Dahsyat.
Terdengar olehnya suara pertanyaan, "Bagaimana hambaKu si Fulan, hai MalaikatKu?" nama yang tidak di kenalnya. Seorang berdiri dengan tubuh gemetar karena takut, dan bersuara dengan lirih, "Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia mengatakan demikian :

"Wahai Allah Yang Menciptakan Malam dan Siang, Yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini. Karena Engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah harus beralasan bahwa semua tergantung dariMu. Ma-afkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganMu !" Ampuni dia yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim!"
Tersentak beliau, itu...itu kata-kataku semalam ..oh celaka, pikirnya.

Kemudian terdengar suara lagi : "Sayang sekali,padahal Aku sangatmenyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang terpejam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan
tangannya yang gemetar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, dengan
permintaan-permintaannya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat Kukabulkan apa yang hendak aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering aku memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan Aku bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan.
Aku sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil putranya, disaat kuberi ia cobaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya, Aku rindu kepadanya.

Rindukah ia kepadaKu,hai Malaikat-malaikatKu?"

Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas peryataannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bising dalam hatinya karenanya. "Ini aku
Yaa Robbi, ini aku.Ampuni aku yaa Robbi, ma-afkan kata-kataKu !"
semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii...

Segeralah ia berwudhu', dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu', kembali ia sholat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya.

"...yaa Allah, yaa Robbi jangan Engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu,ini aku hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan lumuran dosa, dan segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela.. Yaa Allah, aku rindu padaMu..."
------------------

> Semoga menambah keimanan dan ketekunan kita dalam
> mengerjakan sholatul lail....Aamiin !!

Lunbawang...

Dah dapat lesen kereta? Sepatutnya 23hb julai lepas, sy ada ujian memandu JPJ, tapi tiba2 terpaksa ke SMK. Trusan, Lawas, Sarawak huhuhu....

Saya berada di sana selama 3 hari 2 malam, program Kem Motivasi Kecemerlangan PMR 2010. Ada banyak perkara yang saya lalui sepanjang berada di sana. Sama ada sedih, gembira, suka, segala perasaan bercampur baur.

Difahamkan sekolah ini merupakan sekolah yang paling 'teruk' di daerah ini. Pelajar malas dan agak kurang berdisiplin. Tapi kagum melihat kesungguhan guru-guru di situ cuba untuk merubah keadaan yang sedia ada. 90% pelajarnya adalah non-muslim dan daripada 600 org pelajar, hanya dalam 64 orang pelajar Muslim. Pelajar non-muslim terdiri daripada bangsa Lunbawang, Cina, Tagal. manakala pelajar Muslim kebanyakkannya Melayu Sarawak. Sedih bila melihat pelajar2 muslim sama saja seperti pelajar non-muslim, terutama sekali dari sudut pergaulan.

Sepanjang berada di sana, saya bertindak sebagai penceramah. Dibantu oleh 2 orang rakan sekerja. Seronok bila kita dapatberkongsi ilmu dengan pelajar di sana walaupun adakalanya kami berdepan dengan masalah komunikasi. Rupanya mereka selama ini menggunakan bahasa Lunbawang sebagai bahasa harian sama ada di sekolah atau di luar. Sehingga guru-guru di situ terpaksa belajar menguasai bahasa tersebut untuk memudahkan mereka 'masuk' dengan pelajar2nya.

Adakalanya, saya terfikir, kalau nak jalankan kerja dakwah kat sini rasanya kena kuasai dulu bahasa Lunbawang...hehe

kembali....

Sudah lama saya tak up-date blog. bukan kerana takde masa tapi mungkin kelemahan saya dalam menguruskan masa. Saya teringat pertemuan dgn ustz saifulislam, menulis blog adalah kerehatan buatnya. Rasulullah solat untuk berehat...wah...!!! Mengalir air mata saya mendengar kata-katanya. Definisi waktu rehat orang-orang soleh sangat jauh dengan definisi rehat kita. Dan terlalu sukar untuk mendidik diri menukar persepsi rehat orang biasa kepada rehat orang soleh.